Kereta Express

Setelah kemarin simpang siur belajar blog hari ini saya mau pidato yang rada ilmiah, paling tidak mendekati kebenaran hipotesa pribadi yang saya paksakan; bahwa dewasa ini semua orang senang dengan yang namanya express.

Kereta Express salah satu contoh alat transportasi andalan dan jadi favorite semua kalangan dengan waktu yang singkat. Ada lagi Bus Express atau mungkin bus way yang mempunyai rekor lumayan hanya saja masih kalah sama pesaingnya Sumber Kencono. Dan bukan hanya itu, si Express itupun sepertinya sekarang sudah merasuk kesemua kalangan, bidang atau profesi seperti layanan pizza delivery yang mampu menjamin tiba dalam 10 menit dalam keadaan yang masih panas atau makanan instant siap saji lainnya. Namun yang jadi pertanyaan saya pada negeri ini, kenapa layanan ambulance rumah sakit tidak ada yang Express?

Pertanyaan di atas untuk sementara tolong disimpan dihati saja, menurut kepercayaan serta keyakinan masing-masing, Karena kita akan membicarakan Express dalam bidang lain.

***

Beberapa tahun yang lalu saya pernah mengamati fenomena yang terjadi di kampus S1 saya dulu, yakni bertambahnya jumlah peminat dari tahun ke tahun. Tentu saja hal itu menjadi kegembiraan yang luar biasa bagi pihak yang berkepentingan. Namun tidak bagi saya, karena beberapa tahun sebelumnya Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan (FKIP) itu hanya dipandang sebelah mana atau mungkin hanya sampah. Daripada menjadi seorang pengajar atau pendidik, bidang sosial dan ekonomi kala itu sangat laris manis bak penjual es keliling. Namun perubahan drastis itu terjadi di era 2000-an. Banyak calon-calon mahasiswa berbondong-bondong masuk FKIP  waktu itu, jumlah pendaftar melampaui batas, sehingga harus diadakan seleksi masuk yang super duper ketat. Iseng-iseng saya bertanya kepada si calon mahasiswa ketika interview, karena kebetulan saya menjabat sebagai jago pukul wanita terkejam sekampus juru plonco saat itu. Dan hasilnya dapat disimpulkan bahwa hampir 80 % tujuan mereka masuk jurusan FKIP karena ingin  cepat mendapat pekerjaan.

Saya cuma ingin cepet bekerja mbak, Karena hanya dengan menjadi guru lowongan untuk menjadi PNS terbuka lebar, kan cuma ngajar toh… gampanglah itu….

Jawaban salah satu calon mahasiswa itu membuat saya geram. Saya baru sadar bahwa tuntutan menjadi seorang guru atau pengajar saat ini sudah berubah haluan. Bukan lagi tuntutan nurani atau potensi diri tapi sudah mengacu pada sesuatu yang bernama Express.

Generasi muda sekarang seakan semakin pesimis dari waktu-kewaktu dan menghalalkan segala macam cara untuk memenuhi kebutuhannya. Bayangkan saja, ketika mereka terjun kemasyarakat nantinya, memberi sumbangsih seadanya atau bahkan belum bisa dikatakan masuk kriteria kelayakan seorang pengajar. Apa jadinya? Bagaimana nanti output hasil didikan mereka? Mudah-mudahan ini hanya pikiran buruk saya belaka…. Amieen

 



 

Tentang ujung senja

perempuan sederhana
Pos ini dipublikasikan di Sok suci. Tandai permalink.

3 Balasan ke Kereta Express

  1. Assalaamu’alaikum Ujung Senja…

    hakikatnya, semakin maju dunia semakin ekspress kehidupan ini. Serba serbi dalam kecepatan yang tidak terduga. malah tidak terfikir kita fenomena ini bakal kita lalui pada masa depan saat kita dulunya puluhan tahun lalu, tidak memiliki segala itu. Alhamdulillah, untungnya yang nama ekspress ini memberi banyak manfaat jika betul cara menggunakannya.

    Dalam sistem pendidikan, saya setuju dengan pendapat US bahawa sebahagian calon guru mengganggap remeh akan tugas keguruan yang sepatutnya bukan menjadi pilihan terakhir dalam mencari kerjaya. Jika demikianlah sikap yang kita temui, pasti akan memberi dampak yang besar terhadap kesinambungan pembangunan manusia yang hauskan pendidikan yang benar dan tulus.

    Kalau saya, dalam sesi pencarian calon tersebut akan memberi kredit yang rendah, malah tidak akan menerima calon sebegini untuk menjadi murid saya kerana sudah jelas keinginan mereka yang bersifat materi semata2. Menurut saya, dunia guru hanya layak untuk mereka yang meletakkan seluruh jiwanya untuk dikorbankan bagi mendidik anak bangsa dengan kehebatan cinta keguruannya, barulah layak menjadi guru sebenar guru.

    Tesisnya, menjadi guru bukan kerja main-main dan tidak mudah. Kita membina jiwa yang hidup untuk tumbuh menjadi manusia berwawasan dan berguna kepada diri, keluarga, bangsa dan negaranya. Bukan sebuah batang pinang yang diguna untuk membina jambatan yang mati. Semoga sukses dalam bidang keguruan ini.

    Salam mesra dan ceria dari saya di Sarikie, Sarawak. 😀

  2. Ungu Violet berkata:

    menjadi seorang guru diharapkan bukan hanya sebagai pengajar, tapi juga seorang pendidik
    saya malah ngga kesampaian jadi seorang guru 🙂
    salam kenal mbak

  3. baju wanita berkata:

    haiiii…salam kenal yaaa…

Tinggalkan komentar