CPNS

Pukul 3 dinihari, tiba-tiba aku dikejutkan oleh dering hape yang posisinya tepat berada disebelah telinga. Pikirku alarm  subuh seperti biasa, ternyata telepon dari mama.

“Assalamualaikum, ayo bangun sayang. Tahajud, hari ini kamu jadi pulang kan? Jangan bilang kalau kamu lupa kalau besok ada tes CPNS. Berdoa sayang, mintalah kepada Allah. Ini bagian dari ikhtiar lho!! “

Suara mama seketika membuatku kaget tersentak. Dan tiba-tiba kepalaku mendadak sakit. Ah CPNS, aku memang mengharapkan itu tapi tidak terlalu. Aku tak berambisi seperti teman-teman lainnya. Tergila-gila menjadi abdi negara yang katanya nanti akan mampu menopang masa depanmu, bahkan sampai kau tua ketika tubuhmu sudah tertatih tak berdaya.

Bagiku yang terpenting adalah hidup bahagia, tidak jadi abdi negarapun tak apa. Yang penting berkecukupan atau pas. Seperti; pas ingin beli baju baru ada uangnya, pas pengen jalan-jalan reunian ke yogya ada uang saku dan tiketnya, hehehe. pokoknya yang pas klop gitu.

Tapi entah kenapa PNS seperti sudah menjadi tradisi keluarga dan itu juga diharuskan padaku. Ah mama, inginku menjelaskan semua inginku tapi tidak dalam kondisi seperti ini. Aku ingin berbicara dari hati ke hati. Sambil menatap bening matamu yang kadang berkaca-kaca membuatku tak berdaya, lalu tunduk berkata; iya.

Aku akan pulang mama, memenuhi pemintaanmu. Dan jika memang ada rizkiku, takkan ada satupun yang menghalanginya.

(Ditengah sawah, ketika jengah mempelajari contoh-contoh soal skolastik)